Kamis, 18 April 2024

GURUKU PAHLAWANKU

 

GURUKU PAHLAWANKU

LIZZA NOVRIDA

SMAN 63 JAKARTA

 

Ibuku terlahir dari seorang pedagang biasa dari Sumatra Barat yang taat dengan agamanya. Keluarga pedagang biasa sudah biasa dengan keadaan yang hari ini makan atau kadang tidak makan tergantung pembeli yang membeli dagangan kasurnya yang notabene jarang orang membeli lagi jika sudah punya satu kasur. Dari kehidupan itulah Ibu mempunyai cita-cita menjadi seorang guru dan itu membawa kehidupannya untuk ikut dengan Kakaknya yang punya anak banyak untuk membantu Kakaknya mengasuh anak-anaknya atau membantu membereskan rumah yang ditempatinya. Dari membantu Kakaknya Ibu itulah, Ibu mempunyai peluang sekolah di sekolah guru dan akhirnya tercapai cita-cita sucinya menjadi guru. Guru yang sudah pegawai negeri dan mendapat tugas jauh dari tempat tinggal kedua orang tuanya membuatnya lupa untuk menikah.

Diusia 26 tahun yang kata orang sudah terlalu tua untuk kawin pada masa itu, barulah Nenekku memperkenalkannya dengan Ayahku yang saat itu sedang membutuhkan Istri. Komitmen sebagai seorang Istri yang setia dan taat pada suami dijalankan Ibu dengan penuh kebahagiaan walaupun diajak pergi jauh dari Sumatra Barat yaitu ke tanah Jawa yang kata orang jika sudah ke tanah Jawa maka sulit untuk kembali lagi ke Sumatra Barat. Dari menumpang di rumah Pamannya Ibu, tinggal di rumah kontrakan sepetak, rumah kontrakan 1 rumah sampai mempunyai rumah di Jakarta Selatan dijalani Ibu dengan bahagia bersama Ayahku. Mulai dari tidak punya anak sampai adikku berusia 3 tahun, kami mengontrak dan pekerjaan Ibu tetap sebagai Guru dan Ayahku PNS. Setelah kami punya rumah sendiri disitulah kenangan atas semua ajaran Ibu dan Ayah terbayang jelas, bagaimana mereka sudah menjadi guru yang paling sempurna dalam kehidupan pribadiku dan akan aku gunakan untuk mendidik serta membimbing anak-anakku sebagaimana kedua orang tuaku mengajarkan aku sebuah ajaran yang selalu membantuku dalam segala kesulitan apapun.

 Setiap pagi karena Ayah dan Ibu bekerja, maka Subuh sudah terjaga mempersiapkan diri untuk bekerja ditempat tugasnya masing-masing. Saat sibuk di dapur, Ayah dan Ibu dalam membangunkan anak-anaknya menggunakan pengeras suara radio yang dimilikinya dengan lagu relegius “Mari-mari sembahyang, sembahyang, sembahyang itu …”. Karena keberisikan itu kami terjaga dan ikut beraktivitas persiapkan diri untuk sekolah. Shalat dan sekolah suatu keharusan yang wajib dijalani oleh kami, dan jika tidak dilaksanakan maka suara menggelegar Ibu akan membuat kami terbirit-birit melaksanakannya.

Waktu itu sebentar, jika dijalani dengan penuh kesibukan dan akan lama jika kita berdiam diri. Ajaran agama yang diajarkan Ibu dulu sebenarnya bosan saat dilaksanakan, itu merupakan anggapan yang keliru saat pikiran belum matang, kini anggapan itu telah berubah. Bermain dan bermain adalah kebahagiaan tersendiri yang sering aku lalukan dan tidak ada perasaan bersalah jika kami meninggalkan ajaran agama yang Ibu tanamkan “bahwa agama itu amat penting”. Sekolah walaupun hal yang membosankan tetapi kami tak berani meninggalkannya karena ada sanksi yang terlihat, jika nilai jelek maka tidak naik kelas. Mata hati Ibu jeli jika melihat masa depan kami anak-anaknya untuk bekerja dimana, yang sekarang kami tekuni sebagaimana doa Ibu dan Ayah. Kenakalan meninggalkan shalat dulu menjadikan lecutan kami saat Ibu tiada, semua ajaran yang ditanamkan bahwa agama itu sangat penting dalam kehidupan, terasa benar saat Ibu tiada. Inti agama itu menurut saya berdasarkan ajaran Ibu, cuma membukakan mata hati kita bahwa Allah SWT itu menyayangi dan mengasihi kita dan Allah ingin memuliakan kita agar kita selalu terjaga untuk kembali pulang ke surganya Allah dalam keadaan suci sebagai mana awal kita lahir dalam keadaan suci, yang diberi kesempatan sebentar untuk melihat indahnya dunia. Kesadaran akan ajaran Ibu, yang sudah dijadikan guru yang paling sempurna oleh Allah SWT membawa langkahku untuk mengikuti ajaran beliau dalam semua aktivitasku. Dengan melaksanakan Rukun Iman yaitu: Percaya dulu kepada Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang (Bismillahirrahmanirrahim = Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang) sebelum melakukan apapun, Percaya kepada Malaikat (Yang selalu mencatat kebaikan yang kita dilakukan), Percaya kepada Nabi (Yang membawa seruan untuk bertaqwa hanyah kepada Allah SWT), Percaya kepada Kitab Suci (Buku yang berisi aturan-aturan bagaimana menggunakan jiwa dan raga kita agar tetap bersih dan suci seperti waktu kita lahir dulu untuk bisa kembali ke surganya Allah SWT), Percaya kepada Takdir Baik dan Takdir Buruk (Takdir tersebut merupakan proses pembelajaran untuk memuliakan kita di mata Allah SWT), Percaya pada Hari Akhir (Dari mana asal kita, maka disitu pulalah tempat kita nanti). Selain Rukun Iman, beliau juga mengajarkan Rukun Islam yaitu: Membaca dua kalimat Syahadat (membacanya bukan hanya lewat suara saja tetapi membacanya menggunakan hati dan pikiran bahwa memang benar Allah SWT yang maha dan paling maha dari seluruh alam dan segala isinya, dan Nabi Muhammad saw sebagai utusan Allah diantara 24 utusan Allah lainnya), Melaksanakan Shalat (melaksanakannya bukan hanya gerakan saja tetapi kegiatan yang merupakan langkah untuk berbuat kebaikan dan mendoakan hal-hal baik agar kita memperoleh yang terbaik), Melaksanakan puasa (puasa itu bukan sekedar tidak makan dan minum saja tetapi berpuasa itu memberikan kita sikap agar berempati kepada orang lain yang ada disekeliling kita, sehingga mereka merasakan kebahagiaan jika bersama kita), Berzakat (berzakat atau bersedekah itu artinya memberikan harta yang milik Allah tetapi dititipkan kepada kita, untuk diberikan kepada orang yang berhak), Melaksanakan Haji (yaitu perjalanan yang mengajarkan kepada kita arti sejarah dan bagaimana melaksanakan aturan-aturan Allah SWT agar dijalankan dengan penuh keikhlasan). Dasar dari ajaran Ibu itu membuatku butuh dengan ilmu-ilmu agama sehingga ada satu lagi rukun yang dilaksanakan yaitu Rukun Ihsan maksudnya:  selalu menjaga diri  untuk mengerjakan segala perintah Allah dan menjauhi segala larangan Allah dengan kata lain selalu bertaqwa hanya kepada Allah SWT, selalu menyerahkan diri secara total atas rezeki yang Allah berikan dan selalu sabar jika diberi ujian dengan kata lain selalu bertawakal atas semua yang Allah berikan, dan Ikhlas melaksanakan apapun “hanya karena Allah SWT”. Rukun ihsan yang membawa untuk pasrah dan taat hanya kepada Allah masih sulit kujalani sampai sekarang karena permainan-permainan yang ada didunia ini kadang membutakanku untuk melihat betapa sayangnya Allah kepadaku.

Guruku yang paling sempurna adalah kedua orang tuaku yang kini menjadi pahlawanku karena dari ajaran-ajaran Ayah dan Ibu, membawaku pada pemahaman bahwa Allah selalu memuliakanku. Saat aku terpuruk, dengan cepat datang pemikiran “Ini langkah engkau mempelajarinya jika kalau suatu saat kau menjadi seorang pemimpin, hiburlah orang yang berada di posisimu saat ini”. Kedua orang tuaku terutama Ibuku yang telah mengajarkan agama kepadaku menjadi pahlawan yang selalu hadir, walau Ibu sudah tiada. Ibu menjadi pahlawan bukan karena keberadaannya saja tetapi ajaran agamanya sangat bermanfaat yang bisa membawaku untuk terus berpikir dan bertindak positif dalam segala hal, belum lagi keteladanan beliau yang membuatku untuk juga ikut mengasihi dan menyayangi orang lain dan berusaha untuk taat menjalankan Rukun Iman, Rukun Islam dan Rukun Ihsan dengan segenap jiwa dan raga.    

Untuk membalas jasa guruku yang juga pahlawanku maka akan aku wariskan keteladanan beliau kepada anak-anakku dan warisan yang paling sempurna menurutku adalah ajaran agama. Karena ajaran agama ini akan membuat kita bahagia sesuai dengan hati kita yang mengarahkan untuk bahagia. Dari hati yang bahagia akan menciptakan tindakan positif dan doa positif yang dapat menular kepada lingkungan dimana kita tinggal. Sekali lagi, baktiku kepada Ibuku yang telah tiada tetapi tetap menjadi guruku yang paling sempurna dan juga pahlawanku karena ajarannya selalu menolongku saat kuterjatuh atau terluka, adalah menebarkan ilmu agamanya agar lebih banyak yang menjalankan agamanya dengan baik. Dan baktiku kepada Ayahku yang masih ada, akan kuturuti segala keinginan Ayah agar tetap Mulia dihadapan Allah SWT. Aamiin ….

 

 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar